KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kepada tuhan ang maha esa, Karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dengan terselesaikannya makalah
ini yang berjudul sifat nafsiyah sebagai tugas mandiri matakuliah pembelajaran metode Aqidah Akhlaq
dan kami mengucapkan kepada yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini :
1.
Drs. ZULHANAN,
MA.
2. Keluarga serta teman seperjuangan yang selalu memberikan
dukungan , semangat dan doa-doa bagi keberhasilan kami
Atas
bantuan mereka saya ucapkan terimakasih semoga Tuhan membalas jasa baik beliau.
Makalah ini saya susun sangat sederhana, walau kami sudah berusaha sebaik
mungkin, namun keterbatasan pengetahuan dan saranan penunjang lainnya, maka
makalah ini jauh dari kata Sempurna, walau demikian kami tetap berharap agar
makalah ini tetap bermanfaat bagi rekan-rekan lain yang ingin membaca.
Akhirnya
kami sangat mengharakan saran dan kritik yang membangun kesempatan kami dalam
menyusun makalah ini.
Bandar Lampung, 19 Mei 2013
BAB I
PENDAHLUAN
A.
Latar
Belakang
Allah
memiliki beberapa sifat wajib (harus) ada pada dzat Allah sebagai sifat
kesempurnaan bagia-Nya. Sifat dan dzat Allah tidak dapat diangan-angan oleh
akal manusia bagamana bentuk atau wujud rupa atau cirri-ciri-Nya Allah dapat di
yakini hanya dengan akal (Dalil ‘Aqlih)dan berdasarkan dalil yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan Hadits (Dalil Naqli).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Materi
Sifat Nafsiyah
Yakni
sifat yang berhubungan dengan dzat Allah semata yang termasuk dalam sifat
Nafsiyah adalah hanya sifat wujud[1].
Keberadaan
Allah swt. Dapat dibuktikan dengan adanya alam semesta ini. Semua barang yang
ada di alam semesta ini tentunya ada
yang membuatnya[2]. Yaitu allah swt. Dalam
hal ini Allah menjelaskan dalam QS Ali-Imron ayat : 2
Artinya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya. (QS Ali-Imron ayat : 2)
Keyakinan umat manusia terhadap wujud
Allah sebenarnya telah ada sejak manusia dilahirkan. Secara naluri, keyakina
terhadap wujud Allah telah ada sejak manusia membutuhkan pertolongan serta
perlindungan dari Allah swt. Yang sifatnya adalah mutlak atau lebih sering
dikenal dengan istilah religious instinct (insting keagamaan). Dengan demikian,
manusia sejak terlahir ke bumi merupakan mahluk yang bertuhan. Oleh karena itu
manusia juga disebut sebagai makhluk spiritual.[3]
Kita
dapat mempelajari dan meyakini keberadaan Allah swt melalui firman-Nya dalam QS
Al-Hadid ayat 4 :
Artinya :
Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di
atas arsy[4]
dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan
apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya[5].
dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS Al-Hadid : ayat 4).
B.
Metode
Pembelajaran
Kepala
bernomor struktur ( Modifikasi dari number heads).
Langkah-langkah
:
Siswa
dibagi dalam setiap kelompok , setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
1.
Penugasan
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor kartu terhadap tugas yang
berangkai,
Misalnya:
Siswa
nomor satu beruga mencatat soal, siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
2.
Jika
perlu, guru bias menyuruh kerja sama antar kelompok siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini sswa dengan tugas yang sama bias saling membantu
atau memecahkan hasil kerja sama mereka.
3.
Laporkan
hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
4.
Memberi
kesimpulan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sifat Nafsiyah
yakni sifat yang berhubungan dengan dzat Allah semata. Yang termasuk dalam sifat
Nafsiyah adalah hanya sifat wujud.
Keyakinan
umat manusia terhadap wujud Allah sebenarnya telah ada sejak manusia
dilahirkan. Yang sifatnya adalah mutlak atau lebih sering dikenal dengan
istilah religious instinct (insting keagamaan).
B.
Daftar
Pustaka
Asmaran.
1991. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PTAI
Ma’arif
Ali,
Muhammad. 1982. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Buluan Bntang.
Asy-Sya’raw, Mutawalli. 1999. Bukti-Bukti
Adanya Allah. Jakarta: Gema Insani Mars.
Departemen
Agama RI. 2004. Al-Qur’an
dan Terjemahannya. Bandung; PT Sinar Baru Algensindo
[2] Maksudnya hanya Allah lah yang menciptakan
langit dan bumi beserta isinya
[3]
Bukti bahwa keberadaan atau wujud Allah swt sangatlah nyata dan jelas untuk
diyakini.
[4] bersemayam
di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan
kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
[5]
yang
dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan doa-doa hamba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar