1.
Top-Down Model
Yaitu inovasi pendidikan
yang di ciptakan olehpihak tertentu sebagai pimpinan atau atasan yang
ditetapkan kepada pendidikan nasional selama ini. Banyak contoh inovasi yang
dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama beberapa decade terakhir
ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktiv (CBSA), Guru pamong, sekolah ersiapan
pembangunan, guru pamong, sekolah kecil system pengajaran modulnsistem belajar
jarak jauh, dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh DEPDIKNAS bekerja
sama dengan lembaga-lembaga asing britise couchin.
2.
Buttom-Up Model
Yaitu model
inovasi yang bersumber dari hasil ciptaan dari bawaan dan dilaksanakan sebagai
upaya untuk meningkatkan pelenggaraan dan mutu pendidikan, model inovasi yang
diciptakan berdasarkan ide, pikiran, kreasi dan inisiatif dari sekolah dan guru
atau masyarakat.
a.
Power Coer Cipe (strategi pemaksaan)
Strategi yang pertama adalah strategi pemaksaan
berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan
dengan aqidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak
ide dan pemikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi
yang sebenarnya dimana inivasi itu akn dilaksanakan.
Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat
pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan erubahan sesuai dengan kehendak
dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya.
b.
Rational Empiical (empiric rasional)
Strategi
yang kedua adalah empiric rasional,
asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran
logisnya akalnya sehingga mereka sehingga mereka bertindak rasional, dalam
kaitan dengan ini innovator bertugas mendemonstasikan inovasinya dengan menggunakan
metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat dari penggunaannya.
Disamping itu, strategi ini didasarkan atas pandangan yang ovtimistic seperti
apa yang dikatakan oleh Bennis, Bannech, Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk
(1991), disekolah, para guru menciptakan
strategi atau metode mengajar sesuai dengan akal sehat berkaitan dengan situasi
dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut diberbagai bidang, para
pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasu untuk bidang yang ditekuninya
berdasarkan ide, pikiran dan pengalaman dalam bidangnya itu yang tela digeluti
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi ang demikian member dampak yang
lebih baik daripada model inovasi yang pertama. Hal ini sebabkan oleh
kesesuaiyan dengan kondisi nyata ditempat pelaksanaan inovasi tersebut.
c.
Normative-re-educative
(pendidikan yang berulang secara normatif)
Jenis inivasi yang ketiga adalah Normative-re-educative (pendidikan yang berulang
secara normatif) yaitu suatu strategi yang didasarkan ada pemikiran para ahli,
pendidikan seperti Sigmund freud john Dewey, Kurt Cewis dan beberapa pakar
lainnya Cece Wijaya (1991), yang merupakan bagaimana kliyen memahami
permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap skill dannilai-nilai yang
berhubungan dengan manusia dalam pendidikan, sebuah strategi bila
menekankan pada pemahaman pelaksanaan
dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulan kali.
Misalnya dalam pelaksaan perbaikan system belajar mengajar para guru disekolah
para guru sebagai pelaksana inovasiberulang kali melaksanakan
perubahan-perubahan itu sesuai dengan aqidah-aqidah pendidikan. Kecenderungan
pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik
pada dibandingkan dengan hasil dari
perubahan itu sendiri pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang
domonan sesuai dengan tujuan menurut pemikiran dan rosanilitas yang dilakukan
berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta
dan pelaksanaannya dapat tercapai desetralisasi dan demontralisasi pendidikan
pertama, disentralisasi kewenangan disektor pendidikan disentralisasi lebih
kepada kebijaksanaan pemerintah daerah kedua desentralisasikan pendidikan
dengan focus pada pemberian kewenangan lebih beserta tingkat sekola.
Konsep pertama
berkaitan dengan disentralisasi penyelenggaraan pemerintah dari pusat ke daerah
sebagai bagian demontralisasi. Konsep kedua
lebih focus mengenai pemberian keuangan yang lebih besar kepada manajemen
ditingkat sekolah untuk meningkatkan kwalitas pendidikan.
KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun oleh masin-masing sekolah dengan
mengacu pada Standar Kopetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk jejang
pendidikan dasar dan menengah, penyerahan pengembangan kurikulum tingkat
persatuan pendidikan pada tiap sekolah dengan mengacu standarisasi dan standar
kopetensi lulusan bertujuan dengan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan
karakter dan tingkat kemampuan sekolah masing-masing.
a.
Kuantum Learning
Kuantum learning adalah tiap petunjuk,
straregi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya
ingat, serta menbuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan
bermanfaat. Beberapa tehnik yang dikemukakan merupakan tekhnik meningkatkan
kemamuan diri yang sudah popules dan umum digunakan namun Bobbi Deporter
menembangkan tekhnik-tekhnik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para
siswa menjadi respositif dan bergairah dalam menghadapi tantangan perubahan
realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme).
b.
Contexrual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan
Contexrual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan
penerapan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa proses
berlangsung alamiyah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan
mentransfer pengetahuan guru ke siswa strategi pembelajaran lebih ditingkatkan
dari pada hasil dalam kelas kontektual tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi, tugas guru mengelolah kelas sebagai buah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru dari anggota kelas (siswa),
sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru dikelas yang dikelola dengan pendekatan kontektual.
c.
Cooperative Lerning
Cooperative learning adalah suatu
strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelumpok yang terdiri dari dua orang atau lebuh pembelajaran cooperative
adalah salah satu pembelajaran yang berdasarkan paham konstutives. Pembelajar
cooperative merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling
menbantu untuk memahami materi pelajaran dalam pembelajaran cooperative belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
d.
Active
Lerning
Pembelajaran aktif (actve learning)
dimaksudkan untuk menoptomalkan penggunaan semua potensi ang dimiliki oleh anak
didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi ang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran
aktiv (aspipe learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa atau anak didik yang agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran.
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari
sipembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasiv yang hanya menerima kekurangan guru tentang
pengetahuannya. Keadaan actif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif yaiti tidak menghasilkan langsung. Sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya hanya bermain
biasa. Kendala kendala yang mempengarhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan
seperti inovasi kurikulum antara lai adalah :
1.
Perkiraan yang
tidak tepat tehadap inovasi
2.
Konflik dan
motivasi yang kurang sehat
3.
Lemahnya
berbagai factor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi
yang dihasilkan.
4.
Keuangan
financial yang tidak terpenuhi
5.
Penolakan dari
sekelompok tertentu atas hasil inovasi
6.
Kurang adanya
hubungan social dan publikasi
Untuk mengindari masalah masalah tersebut
diatas, dan agar mau berubah terutama sikap dan prilaku terhadap perubahan
pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan sehingga perubahan dan pembaruan
itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orangtua
siswa, dan masyarakat umumnyaharus dilibatkan ada beberapa hal mengapa inivasi
secara umum sering di tolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana
inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut :
1.
Sekolah atau
guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan penciptaan dan bahkan
pelaksanaan inovasi tersebut sehingga ide baru inovasi tersebut dianggap oleh
guru atau sekolah bukan miliknya dan kepunyaan orang lain. Tidak perlu
dilaksanakan karenatidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2.
Guru ingin
mempertahankan system atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena
system atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak
ingin diubah. Disamping itu pun system yang mereka miliki dianggap oleh mereka
memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran
mereka. Hal senada diungkapkan pula Da’i dan kawan-kawan (1987) dimana guru tetap mempertahankan
system yang ada.
3.
Inovasi baru
yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya DEPDIKNAS) belum
sepenuhnya melihat kebutuhan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa, hal ini
juga diungkapkan oleh Munruh ( 1987:36) yang mengatakan bahwa Mesmatch atory
program.
4.
Inovasi yang
diperkirakan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan
sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari
pusat. Inovasi ni biasa terhenti kalau kalu proyek itu selesai atau kalau vinansial
dan keuangannya sudah tidak ada lagi degan demikian pihak sekolah atau guru
hanya dapat melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator dipusat
dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
5.
Kekuatan dan
kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekankan sekolah atau guru
melaksanakan keinginan pusat yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan
situasi sekolah mereka untuk mengatasi masalah dan kendala seperti yang
diuraikan seperti diatas, maka berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menerapkan inovasi baru.
Faktor faktor yang perlu diperhatikan
dalam inovasi untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan diatas,
factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru,
siswa, kurikulum dan fasilitas dan program tujuan.
1.
Guru
Guru harus pandai menbawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai, ada
beberapa hal yang membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan
materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa, hubungan antara individu, baik dengan siswa maupun dengan sesame guru
dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti administrator,
misalnya kepala sekolah dan tata usaha seperti masyarakat sekitarnya,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
2.
Siswa
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak
kalah pentingnya dengan unsure-unsur yang lainnya karena siswa biasa sebagai
penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran
pada temannya sesame petunjuk, dan bahkan sebagai guru, oleh karena itu
dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai pada penerapannya, siswa perlu
diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan
inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan
sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum memang peranan yang sama dengan
unsur-unsur yang lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti program-program yang ada didalamnya maka inovasi pendidikan tidak
akan berjalan sesuai dengan inovasi itu sendiri oleh karna itu dalam pembahauan
pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau
perubahan kurikulum yang diikuti dengan pembaruan pendidikan dan tidak mustahil
perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.
4.
Fasilitas
Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan
inovasi pendidikan akan bias dipastikan tidak akan berjalan dengan baik.
Terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang ekstensial dalam
mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan, oleh karena itu jika dalam
menerapkan suatu inovasi pendidkan, fasilitas perlu diperhatikan. Msalnya
ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja, dan sebagainya.
5.
Ruang Lingkup
Sosial Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam inofasi
pendidikan sebaliknya akan membantu innovator dan pelaksanaan inivasi dalam
melaksanakan novasi pendidkan.
Macam-Macam Inovasi Pendidikan
Jenis inovasi pendidikan menurut SANTOSO
S.
Hami Djaya (1974) tidak dapat terbilang
jumlahnya namun data dikelompokan atas dasar objeknya atau derajat dan
sifatnya, berdasarkan objeknya atau yang dikenai.
Pembaruan ada
tiga jenis yaitu :
1.
Novasi dalam
bentuk hitungan antar orang (personal reletion ship) pembaruan dalam peranan
guru perubahan tata laksana yang harus berdasarkan pengambilan keputusan pada
inovasi dan bukan pada selera perorangan atau pemimpin.
2.
Inovasi dalam
jenis sooft ware (perangkat lunak) pembaruan mengenai tujuan dan struktur
kurikulum, model ssistem penyampaian (delsfery system), cara penilaian
kurikulum dan pendidikan.
3.
Inovasi dalam
bentuk hardware (perangkat keras) perubahan dan bentuk ruang kelas, peran guru
dan perubahan dalam penyampaian atau metode mengajar, adanya system komputerisasi
proyektor, dan laboratorium dan lain-lain.
Berdasarkan derajat dan tingkatnya
inovasi dikelompokan menjadi empat jenis yaitu :
1.
Jenis pembaruan
nilai atau wawasan (arientasi) pedidikan jenis inovasi yang membantu adanya
perubahan yang mendasar tentang orientasi, wawasan, azas filosofi, cita-cita
kebijakan yang tidak cocok dengan
tuntutan pembangunan, olitik, ekonomi, dan perubahan pendidikan dari atas bawah
(top down of porwach) (bottom upporwach), atau keseimbangan dari keduanya
menjadi pendekatan yang memperhatikan atas bawah.
2.
Pembaruan dalam
jenis operasi tata laksana pengolahan
(manajemen pendidikan) terdiri atas serangkaian tata laksana pengolahan
mulai dari penelitian dan pengembangan (research and pelopmeneth) perencanaa
pelaksanaan pengendalian penilaian dan pengawasan.
3.
Pembaruan dalam
jenis tugas fungsi, perubahan yang
terjadi dalam nilai dan wawasan akan membawa konsekuensi perubahan pada fungsi
dan tugas lembagadan orang-orang yang ada di dalamnya.
4.
Pembaruan dalam
jenis keahlian kemampuan-kemampuan khusus yang dituntut dari para petugas tata
laksana atau guru karena adanya perubahan dalam system pengajaran.
artikelnya bagus
BalasHapusterimakasih
assalamualaikum postingannya bagus!
BalasHapus