Senin, 04 Februari 2013

MACAM-MACAM INOVASI PENDDIKAN



1.     Top-Down Model
Yaitu inovasi pendidikan yang di ciptakan olehpihak tertentu sebagai pimpinan atau atasan yang ditetapkan kepada pendidikan nasional selama ini. Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama beberapa decade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktiv (CBSA), Guru pamong, sekolah ersiapan pembangunan, guru pamong, sekolah kecil system pengajaran modulnsistem belajar jarak jauh, dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh DEPDIKNAS bekerja sama dengan lembaga-lembaga asing britise couchin.
2.     Buttom-Up Model
Yaitu model inovasi yang bersumber dari hasil ciptaan dari bawaan dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan pelenggaraan dan mutu pendidikan, model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, pikiran, kreasi dan inisiatif dari sekolah dan guru atau masyarakat.
a.     Power Coer Cipe (strategi pemaksaan)
Strategi yang pertama adalah strategi pemaksaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan aqidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak ide dan pemikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inivasi itu akn dilaksanakan.
Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan erubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya.


b.       Rational Empiical (empiric rasional)
       Strategi yang kedua adalah empiric rasional, asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya akalnya sehingga mereka sehingga mereka bertindak rasional, dalam kaitan dengan ini innovator bertugas mendemonstasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat dari penggunaannya. Disamping itu, strategi ini didasarkan atas pandangan yang ovtimistic seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Bannech, Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk (1991), disekolah,  para guru menciptakan strategi atau metode mengajar sesuai dengan akal sehat berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut diberbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasu untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan ide, pikiran dan pengalaman dalam bidangnya itu yang tela digeluti berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi ang demikian member dampak yang lebih baik daripada model inovasi yang pertama. Hal ini sebabkan oleh kesesuaiyan dengan kondisi nyata ditempat pelaksanaan inovasi tersebut.
c.       Normative-re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif)
       Jenis inivasi yang ketiga adalah Normative-re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif) yaitu suatu strategi yang didasarkan ada pemikiran para ahli, pendidikan seperti Sigmund freud john Dewey, Kurt Cewis dan beberapa pakar lainnya Cece Wijaya (1991), yang merupakan bagaimana kliyen memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap skill dannilai-nilai yang berhubungan dengan manusia dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan  pada pemahaman pelaksanaan dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulan kali. Misalnya dalam pelaksaan perbaikan system belajar mengajar para guru disekolah para guru sebagai pelaksana inovasiberulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan aqidah-aqidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik pada  dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang domonan sesuai dengan tujuan menurut pemikiran dan rosanilitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksanaannya dapat tercapai desetralisasi dan demontralisasi pendidikan pertama, disentralisasi kewenangan disektor pendidikan disentralisasi lebih kepada kebijaksanaan pemerintah daerah kedua desentralisasikan pendidikan dengan focus pada pemberian kewenangan lebih beserta tingkat sekola.
Konsep pertama berkaitan dengan disentralisasi penyelenggaraan pemerintah dari pusat ke daerah sebagai bagian demontralisasi. Konsep kedua lebih focus mengenai pemberian keuangan yang lebih besar kepada manajemen ditingkat sekolah untuk meningkatkan kwalitas pendidikan.
       KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun oleh masin-masing sekolah dengan mengacu pada Standar Kopetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk jejang pendidikan dasar dan menengah, penyerahan pengembangan kurikulum tingkat persatuan pendidikan pada tiap sekolah dengan mengacu standarisasi dan standar kopetensi lulusan bertujuan dengan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan karakter dan tingkat kemampuan sekolah masing-masing.
a.       Kuantum Learning
       Kuantum learning adalah tiap petunjuk, straregi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta menbuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa tehnik yang dikemukakan merupakan tekhnik meningkatkan kemamuan diri yang sudah popules dan umum digunakan namun Bobbi Deporter menembangkan tekhnik-tekhnik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi respositif dan bergairah dalam menghadapi tantangan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme).
b.     Contexrual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Contexrual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa proses berlangsung alamiyah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan guru ke siswa strategi pembelajaran lebih ditingkatkan dari pada hasil dalam kelas kontektual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, tugas guru mengelolah kelas sebagai buah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru dari anggota kelas (siswa), sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru dikelas yang dikelola dengan pendekatan kontektual.
c.      Cooperative Lerning
       Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelumpok yang terdiri dari dua orang atau lebuh pembelajaran cooperative adalah salah satu pembelajaran yang berdasarkan paham konstutives. Pembelajar cooperative merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling menbantu untuk memahami materi pelajaran dalam pembelajaran cooperative belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
d.      Active Lerning
       Pembelajaran aktif (actve learning) dimaksudkan untuk menoptomalkan penggunaan semua potensi ang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi ang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran aktiv (aspipe learning) juga dimaksudkan untuk  menjaga perhatian siswa atau anak didik yang agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
       PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif  dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari sipembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasiv yang  hanya menerima kekurangan guru tentang pengetahuannya. Keadaan actif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yaiti tidak menghasilkan langsung.  Sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya hanya bermain biasa. Kendala kendala yang mempengarhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lai adalah :
1.     Perkiraan yang tidak tepat tehadap inovasi
2.     Konflik dan motivasi yang kurang sehat
3.     Lemahnya berbagai factor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
4.     Keuangan financial yang tidak terpenuhi
5.     Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
6.     Kurang adanya hubungan social dan publikasi
       Untuk mengindari masalah masalah tersebut diatas, dan agar mau berubah terutama sikap dan prilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan sehingga perubahan dan pembaruan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orangtua siswa, dan masyarakat umumnyaharus dilibatkan ada beberapa hal mengapa inivasi secara umum sering di tolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut :
1.     Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut sehingga ide baru inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya dan kepunyaan orang lain. Tidak perlu dilaksanakan karenatidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2.     Guru ingin mempertahankan system atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena system atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu pun system yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Da’i dan kawan-kawan  (1987) dimana guru tetap mempertahankan system yang ada.
3.     Inovasi baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya DEPDIKNAS) belum sepenuhnya melihat kebutuhan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa, hal ini juga diungkapkan oleh Munruh ( 1987:36) yang mengatakan bahwa Mesmatch atory program.
4.     Inovasi yang diperkirakan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ni biasa terhenti kalau kalu proyek itu selesai atau kalau vinansial dan keuangannya sudah tidak ada lagi degan demikian pihak sekolah atau guru hanya dapat melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator dipusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
5.     Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekankan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka untuk mengatasi masalah dan kendala seperti yang diuraikan seperti diatas, maka berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi baru.
       Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam inovasi untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan diatas, factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas dan program tujuan.
1.      Guru
       Guru harus pandai menbawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai, ada beberapa hal yang membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antara individu, baik dengan siswa maupun dengan sesame guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti administrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha seperti masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
2.      Siswa
       Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan unsure-unsur yang lainnya karena siswa biasa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran  pada temannya sesame petunjuk, dan bahkan sebagai guru, oleh karena itu dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai pada penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

3.       Kurikulum
       Kurikulum memang peranan yang sama dengan unsur-unsur yang lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada didalamnya maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan inovasi itu sendiri oleh karna itu dalam pembahauan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum yang diikuti dengan pembaruan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.
4.      Fasilitas
       Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bias dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang ekstensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan, oleh karena itu jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidkan, fasilitas perlu diperhatikan. Msalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja, dan sebagainya.
5.      Ruang Lingkup Sosial Masyarakat
       Keterlibatan masyarakat dalam inofasi pendidikan sebaliknya akan membantu innovator dan pelaksanaan inivasi dalam melaksanakan novasi pendidkan.
Macam-Macam Inovasi Pendidikan
       Jenis inovasi pendidikan menurut SANTOSO S.
       Hami Djaya (1974) tidak dapat terbilang jumlahnya namun data dikelompokan atas dasar objeknya atau derajat dan sifatnya, berdasarkan objeknya atau yang dikenai.
Pembaruan ada tiga jenis yaitu :
1.     Novasi dalam bentuk hitungan antar orang (personal reletion ship) pembaruan dalam peranan guru perubahan tata laksana yang harus berdasarkan pengambilan keputusan pada inovasi dan bukan pada selera perorangan atau pemimpin.
2.     Inovasi dalam jenis sooft ware (perangkat lunak) pembaruan mengenai tujuan dan struktur kurikulum, model ssistem penyampaian (delsfery system), cara penilaian kurikulum dan pendidikan.
3.     Inovasi dalam bentuk hardware (perangkat keras) perubahan dan bentuk ruang kelas, peran guru dan perubahan dalam penyampaian atau metode mengajar, adanya system komputerisasi proyektor, dan laboratorium dan lain-lain.
       Berdasarkan derajat dan tingkatnya inovasi dikelompokan menjadi empat jenis yaitu :
1.     Jenis pembaruan nilai atau wawasan (arientasi) pedidikan jenis inovasi yang membantu adanya perubahan yang mendasar tentang orientasi, wawasan, azas filosofi, cita-cita kebijakan yang tidak cocok  dengan tuntutan pembangunan, olitik, ekonomi, dan perubahan pendidikan dari atas bawah (top down of porwach) (bottom upporwach), atau keseimbangan dari keduanya menjadi pendekatan yang memperhatikan atas bawah.
2.     Pembaruan dalam jenis operasi tata laksana pengolahan  (manajemen pendidikan) terdiri atas serangkaian tata laksana pengolahan mulai dari penelitian dan pengembangan (research and pelopmeneth) perencanaa pelaksanaan pengendalian penilaian dan pengawasan.
3.     Pembaruan dalam jenis tugas fungsi,  perubahan yang terjadi dalam nilai dan wawasan akan membawa konsekuensi perubahan pada fungsi dan tugas lembagadan orang-orang yang ada di dalamnya.
4.     Pembaruan dalam jenis keahlian kemampuan-kemampuan khusus yang dituntut dari para petugas tata laksana atau guru karena adanya perubahan dalam system pengajaran.

2 komentar: